Bencana Alam dan Azab Tuhan |
[Setelah mengucapkan tasyahud, taawudz, bismillah dan tilawat Surah Al Fatihah], Hudhur bersabda: Manakala suatu bencana alam terjadi di manapun bagian dunia, mereka yang memiliki khauf (rasa takut) kepada Tuhan menjadi gemetar; jangan-jangan bencana alam berikutnya akan menyusahkan mereka. Jangan-jangan hal ini disebabkan ada kelemahan dalam amal perbuatan mereka yang menjadi sumber kemurkaan Ilahi. Pikiran semacam itu hanya dapat timbul dari orang-orang mukmin haqiqi yang memiliki kedalaman jiwa dan pikiran, bahwa Allah Taala tidak memerlukan seorang manusia pun. Maka, akibat rasa khauf di dalam qalbunya tersebut, mereka pun berusaha mencari kemudian melangkah di jalan yang dapat mendatangkan keridhaan Ilahi. Allah Taala telah menyatakan di dalam Al Qur’an Karim: yang artinya, ‘Sesungguhnya, orang-orang yang takut kepada Tuhan, mereka gemetar, senantiasa menjaga dirinya dari segala perbuatan dosa. Dan orang-orang yang kepada Tanda-tanda Tuhan, mereka pun beriman,’ (Q.S. 23 / Al Mukminun : 58 – 59). Surah [Al Mukminun] ini pada pokoknya menerangkan kondisi orang-orang yang tidak menyekutukan sesuatu kepada Tuhan; yang tidak mengingat Tuhan hanya ketika sedang kesusahan ataupun saat-saat yang musykil; namun kemudian melupakan-Nya ketika segala sesuatunya aman kembali. Melainkan, mereka itu meningkatkan habluminallah mereka ketika menghadapi berbagai macam kesulitan ataupun ketika menghadapi berbagai macam perubahan cuaca [yang mencemaskan] dan kita memiliki Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw sebagai uswah hasanah yang berberkat untuk sepanjang masa. Hadhrat ‘Aisyah r.ha meriwayatkan: ‘Manakala ada topan badai, Rasulullah Saw biasa membaca doa ini: 'Ya Allah ! Hamba memohon apa yang baik di dalamnya, segala apa yang baik dikandungnya, dan juga kebaikan yang menyebabkan Engkau mengirimkannya. Dan hamba berlindung kepada Engkau dari segala keburukan yang ada di dalamnya, dan juga dari keburukan dari sebab dikirimkannya.' Manakala ada petir dan kilat menyambar-nyambar di langit, rona wajah beliau pun berubah. Beliau keluar masuk rumah, dan melangkah ke depan lalu kembali ke belakang dengan cemas. Namun ketika hujan turun, kegelisahan beliau pun mereda. Aku lihat rona wajah beliau membaik.' Ketika aku bertanya mengenai hal tersebut, Rasulullah Saw menjawab: 'Boleh jadi gumpalan awan gelap itu juga-lah yang telah menggulung habis Kaum 'Ad. Yakni, ketika mereka melihat awan itu menghampiri lembah-lembah pemukiman mereka, mereka berkata: 'Awan ini akan mendatangkan hujan bagi kita.' Namun ternyata justru membawa bencana. Begitulah sikap baik seorang wujud insan kamil, meskipun sudah di karuniai berbagai macam janji Ilahi yang tak terhingga oleh Allah Swt. Yakni, beliau itu menyadari bahwa tak akan ada satu pun bencana yang akan menimpa pada kehidupan beliau. Malah, faktanya justru manusialah yang menjadi terlindung berkat keberadaan beliau. Beliau saw. pun menyadari tak ada satu pun keburukan Dajjal yang dapat memperdayai beliau. Beliau saw memahami, bahwa terpaan angin dan badai adalah untuk kebaikan pihak beliau sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar dan juga Perang Khandak, yang memporak-porandakan pihak musuh. Namun, beliau tetap berprihatin. Yakni, kecemasan beliau itu disebabkan sifat kasih sayangnya yang tak terhingga bagi umat manusia. Itulah dia insan 'Rahmatan lil-Alamin'. Keprihatinan beliau tersebut juga timbul dari kenyataan bahwa Tuhan tidak memerlukan manusia ataupun sesuatu. Rasulullah Saw sangat memprihatinkan sikap takabur manusia dan ketidak-mengertian mereka terhadap Kekuasaan Tuhan yang akan menghancurkan mereka. Beliau bersabda, turunnya Surah Hud telah membuat diri-ku menjadi lebih tua. Surah Hud memang mengisahkan kemusnahan beberapa kaum terdahulu. Tak ada seorang pun yang dapat lebih memahami Taqdir Ilahi selain dari Rasulullah Saw. Oleh karena itu, beliau pun senantiasa prihatin akan tanggung jawab beliau agar Umat [Islam] senantiasa berjalan di atas jalan shiratal mustaqim, sebagaimana firman Allah Swt ini: yang artinya, ‘Maka tetaplah engkau pada jalan yang lurus sebagaimana yang diperintahkan kepada engkau, dan juga kepada orang-orang yang telah bertobat beserta engkau, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,’ (Q.S. 11 / Hud : 113). Pendek kata, keprihatinan Rasulullah Saw adalah agar kaum mukminin senantiasa bertobat dengan sepenuh ikhlas. Kecemasan beliau dengan datangnya awan badai ataupun angin puyuh adalah kekhawatiran, jangan-jangan disebabkan perbuatan [buruk] kaum mukminin, sehingga mengundang datangnya bencana alam. Walhasil, di sini kaum mukminin dinasehati: Sekali mereka bertobat, maka langkah selanjutnya adalah mengikuti praktek sunnah Rasulullah Saw. Yakni, hendaknya senantiasa diingat, bahwa Allah Taala tidak memerlukan manusia, dan jangan pula seperti mereka yang hanya mengingat Allah ketika sedang dilanda berbagai bancana, namun kemudian berbuat munkar kembali ketika saat-saat sulit tersebut telah berlalu. Mukmin haqiqi adalah mereka yang senantiasa sungguh-sungguh bertaubatan-nasuha. Al Qur’an menyatakan: yang artinya, ‘Dan apabila meliputi mereka ombak seperti naungan, mereka berseru kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya, tetapi apabila Dia telah menyelamatkan mereka ke daratan, kemudian sebagian dari mereka menempuh jalan pertengahan. Dan tiada yang menolak Tanda-tanda Kami melainkan setiap orang yang khianat lagi tidak bersyukur.’ (Q.S. 31 / Luqman : 33). Mukmin haqiqi senantiasa menyeru Allah Taala meskipun penderitaan telah berlalu. Sedangkan mereka yang tidak bersyukur kembali berkubang di dalam berbagai amal buruk mereka. Sebagaimana yang diperlihatkan oleh insan 'uswatun-hasanah' ini, mukminin haqiqi adalah bukan mereka yang takut terhadap Tuhan hanya ketika diri mereka sedang ditimpa kesusahan, melainkan juga apabila menimpa orang lain, mereka pun merasa gentar. Berbagai macam bencana alam yang terjadi di masa lalu maupun yang yang sekarang ini, jika mukmin haqiqi menjadi takut kepada Tuhan disebabkan kesudahan buruk yang menimpa beberapa kaum terdahulu, maka harus sebesar apa lagi berbagai bencana alam seperti yang sekarang ini dapat membuat manusia kembali bersimpuh dan takut kepada Tuhan ? Namun, kebanyakan manusia sekarang menganggap berbagai bencana alam yang kini terjadi sebagai perubahan iklim dan hukum alam belaka. Memang benar bahwa berbagai bencana alam terjadi disebabkan hukum alam. Bahwa gempa bumi terjadi disebabkan terjadinya pergeseran tektonis lempengan bumi. Adalah benar bahwa negara-negara New Zealand, Jepang dan Kepulauan (Nusantara) berada di atas lempengan tektonis tersebut, oleh karena itulah mengapa sebabnya mereka lebih banyak mengalami goncangan gempa bumi. Akan tetapi, penting juga untuk diketahui, bahwa seorang Utusan Ilahi di zaman sekarang ini telah menubuatkan akan terjadinya berbagai macam gempa bumi. Pada beberapa tahun yang lalu, terkait dengan kegiatan Tabligh beliau di Ghana, seorang mubaligh kita, Mubashir sahib, ditantang oleh Majlis Ulama setempat: 'Gempa bumi adalah salah satu tanda kedatangan Imam Mahdi. Maka jika tuan yakin bahwa pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah benar, cobalah perlihatkan Tanda gempa bumi tersebut di sini.' Sebagaimana diketahui, gempa bumi adalah peristiwa yang sangat jarang terjadi di Ghana. Namun, tuan mubaligh kita ini banyak berdoa oleh tantangan tersebut. Maka terjadilah suatu gempa bumi yang sangat menggelisahkan mereka, sehingga bahkan dari kalangan kaum Kristen pun banyak yang masuk ke dalam Islam Ahmadiyah, dan Tanda-tanda Ilahi tersebut menjadi peristiwa yang tak terlupakan. Kita telah mengamati bahwa Hadhrat Imam Mahdi a.s. sungguh telah mengaitkan kedatangan beliau dengan gempa bumi, dan berbagai macam bencana alam lainnya. Berdasarkan wahyu Ilahi yang beliau terima, maka beberapa bencana alam akan timbul sebagai suatu Tanda atas kebenaran pendakwaaan beliau. Beliau menulis: 'Demi untuk meyakinkan diriku, Allah Taala berfirman: ‘Engkau adalah seorang nazir, Pemberi ingat yang berasal dari diri-Ku. Aku mengutus engkau untuk memisahkan mereka yang batil dengan yang muttaqi. Lalu Dia pun berfirman: "Dunya mein ik nazir aye pur dunya nehin usey qobul na kiya, leykin Khuda usey qobul karaiga or baray zor aawar hamlon sey os ki sachchai zahir kur day ga, mein tujhay isqadar barkat dunga keh baadshah teirey kapron sey barkat dhundain ghe"; yang artinya, 'Seorang nazir, Pemberi ingat telah datang ke dunia, namun dunia tidak mau menerimanya. Akan tetapi Allah menerimanya dan akan menunjukkan kebenaran pendakwaaannya dengan cara yang luar biasa.’ Dan, ‘Aku pun akan senantiasa memberkati engkau, sehingga bahkan Raja-raja akan mencari berkat dari pakaian jubah-mu.’ Lalu Allah Taala mengabari-ku bahwa, suatu gempa bumi lainnya yang sangat besar akan segera datang. Ia berfirman: 'Musim semi datang kembali, dan Sabda Allah pun terzahirkan.’ Suatu gempa bumi besar akan terjadi, namun mereka yang muttaqi akan selamat. Maka bertaqwalah, dan takutlah kepada Allah, sehingga kalian pun selamat. Bertaqwalah sekarang juga, sehingga kalian pun diselamatkan dari al-Yaum tersebut. Adalah pasti, bahwa langit akan menunjukkan suatu Tanda-Nya, dan begitu pula bumi. Namun mereka yang takut kepada Allah akan terselamatkan. Firman-Nya telah mengabari-ku, bahwa akan banyak terjadi malapetaka, dan banyak peristiwa bencana alam terjadi di muka bumi. Sebagian di antaranya akan terjadi di masa kehidupanku; dan sebagian lainnya setelah kepergianku. Lalu, Allah Taala pun akan menyiarkan dan memajukan Jama’at ini sepenuhnya. Sebagian di antaranya akan terjadi dengan perantaraan tangan-ku, sedangkan sebagian lainnya sepeninggal-ku.’ (Al-Wasiyyat, hlm. 3 – 5). Sebagaimana telah saya sampaikan, berbagai macam bencana alam yang terjadi selama 100 (seratus) tahun terakhir ini telah melampaui rekor sebelumnya. Allah Taala telah berulang-kali memperlihatkan Tanda-tanda-Nya ini di berbagai bagian dunia. Oleh karena itu, hendaknya kita pun berulang-kali pula mengingatkannya. Perkuatlah iman, dan syiarkanlah tabligh ini ke seluruh dunia. Baru minggu lalu suatu gempa bumi dahsyat yang diikuti gelombang tsunami telah melanda negara Jepang, dan meluluh-lantakkan beberapa kota mereka. Tim penolong dari Jamaat kita telah berada di lokasi. Dalam perjalanan itu mereka menelepon, bahwa ketika melewati sebuah kota yang berpenduduk 15,000 orang – berbagai macam gedung dan jalan rayanya - telah tersapu bersih. Kondisi ini sangat mencekam. Oleh karena itu kita pun perlu mengikuti contoh sunnah Rasulullah Saw. Mendoakan mereka, semoga Allah Taala memberi taufik kepada bangsa ini untuk dapat mengenali nur kebenaran, agar mereka pun terselamatkan dari berbagai malapetaka berikutnya. Semoga Allah Taala membuka qalbu mereka; yang untuk itu kita pun perlu menyampaikan pesan tabligh [Jamaat] ini kepada mereka. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. memiliki firasat yang baik terhadap bangsa Jepang. Maka, bila mereka menjadi menderita oleh berbagai gempa bumi, berdasarkan keinginan baik beliau itulah, seandainya mereka mau memahami ajaran [Islam] yang haqiqi ini, tentulah mereka pun terselamatkan. Jama’at kita di Jepang memang kecil, namun hendaknya harus berusaha dengan sebaik-baiknya untuk dapat menyampaikan pesan tabligh ini kepada mereka. Maka pada situasi sekarang ini, keadaan mereka tersebut hendaknya difaedahkan pula untuk menyampaikan tabligh seiring dengan pelayanan kemanusiaan yang diberikan. Yakni, beberapa tenda kaum Ahmadi telah berada di lokasi untuk memberikan pertolongan, namun hendaknya juga binalah habluminannas yang kekal dengan mereka agar bangsa ini mengetahui keberadaan Islam Ahmadiyah. Bangsa Jepang sangat membanggakan kepercayaan agama Shinto dan juga agama Buddha mereka. Dilaporkan bahwa kedua keyakinan ini telah mempengaruhi sistem kehidupan mereka. Yakni, jika bertalian dengan upacara perkawinan, mereka merujuk kepada agama Shinto. Namun ketika ada kematian, mereka pun melakukan upacara ritual Buddhisme. Seorang teman Jepang saya yang sangat berpengaruh mengatakan kepada saya pada beberapa waktu yang lalu, bahwa disebabkan kepercayaan agama Shinto mereka itu, bangsa Jepang tidak akan tertarik kepada agama Islam. Maka saya katakan kepada tuan ini: 'Di dalam kepercayaan Shinto banyak aspek ajaran moral yang baik, oleh karena itu suatu hari mereka pun niscaya akan datang kepada Islam. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, bahwa beliau berhasrat untuk menyampaikan tabligh kepada bangsa Jepang. Oleh karena itu perlu menerbitkan buku tentang ajaran Islam yang lengkap, yang dapat menarik perhatian bangsa ini. Sedangkan berbagai macam buku tentang Islam yang diterbitkan kaum lain banyak mengandung kesalahan, oleh karena itu tidak dapat diandalkan. Tetapi yang saya sajikan ini adalah Islam yang sesungguhnya. Maka hal ini memberi suatu tanggung jawab yang besar kepada kita untuk menerbitkan buku lengkap [tentang Islam] tersebut di dalam Bahasa Jepang, yang menurut hemat saya belum pernah ada. Terkait dengan hal ini, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda; 'Bahkan meskipun kita harus membayar seseorang 1.000 Rupees yang merupakan suatu jumlah yang sangat besar pada waktu itu, berikan saja, agar buku tersebut dapat diterjemahkan.' Namun, sekarang ini Al Quran dengan terjemahan dalam Bahasa Jepang tengah dikerjakan revisinya oleh Zia sahib. Pada tahun 1945, Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. mendapat suatu kasyaf, bahwa bangsa Jepang tengah mengalami mati rohani. Tetapi Allah Taala akan mencondongkan hati mereka kepada Islam Ahmadiyah, sehingga mereka pun akan mendengar dan menyambut seruanku laksana 'burung-burung' menyambut seruan Hadhrat Ibrahim a.s. Maka zaman sekarang ini adalah tugas kita untuk memperhatikan hal ini. Yakni, tugas kita untuk mengingatkan segala bangsa. Telah mereka katakan, bahwa belum pernah terjadi gempa bumi dahsyat semacam itu pada 1.000 tahun belakangan ini. Dan bangsa yang Jepang telah banyak berpengalaman menghadapi gempa bumi, membangun rumah dan gedung-gedung mereka dengan spesifikasi yang dapat mengantisipasinya. Namun, manakala taqdir Ilahi telah diputuskan, tak ada yang sanggup menghadapinya. Yakni, bangsa Jepang telah membuat rencana bangunan mereka yang tahan untuk menghadapi gempa bumi dengan kekuatan 7 hingga 8 skala Richter. Namun gempa bumi yang terjadi pada minggu lalu tersebut berkekuatan 9 skala Richter, lalu diikuti dengan gelombang tsunami. Manusia berasumsi bahwa mereka telah berhasil membuat berbagai kemajuan [teknologi]. Energi Atom atau Nuklir telah dapat mereka manfaatkan untuk menghasilkan sumber daya tenaga. Meskipun ada pihak yang menentang penggunaan energi atom di Jepang dengan alasan sejarah kelam Perang Dunia-II, namun mereka membuktikannya hanya untuk kefaedahan hidup manusia saja. Namun, gempa bumi tersebut telah merusak beberapa reaktor nuklir sehingga terjadilah dampak negatif penyebaran radiasi. Dan saya baru saja menerima kiriman berita melalui fax bahwa cara mereka berusaha mendinginkan suhu panas luar biasa beberapa reaktor tersebut dengan menjatuhkan berton-ton dari helicopter tidak berhasil. Oleh karena itu kini sedang diusahakan dengan cara menyemprotkan air dari beberapa mobil pemadam kebakaran. Semoga Allah Taala melindungi dan menyelamatkan mereka dari kerusakan lebih lanjut. Maka saya pun telah mengirimkan pesan kepada seluruh pekerja waqaf kita di sana agar mereka minum obat homeopathic yang khusus untuk menangkal kondisi khusus [radiasi nuklir] tersebut. Disarankan pula agar mereka memberinya juga kepada orang lain. Jika persediaannya tidak cukup, 'Humanity First' perlu mengirimnya lagi. Jadi, disamping kerusakan yang diakibatkan oleh gempa bumi dan tsunami tersebut, kini Jepang pun menghadapi bahaya radiasi, yang dampaknya dapat berlangsung lama sekali. Yakni, dapat berlanjut hingga ke beberapa generasi, dan seringkali mengakibatkan lahirnya anak-anak yang cacat tubuh. Semoga Allah Taala mengasihi mereka. Walhasil, berbagai bangsa yang mereka pikir diri mereka aman, sebenarnya tidak menurut nubuatan seorang Imam Zaman. Yakni, jika mereka tidak bertobat, maka berbagai macam bencana alam pun dapat menggulung mereka. Di awal-awal tahun ini saja, telah ada tiga negara di Timur Jauh dan juga di bagian lain yang dilanda berbagai bencana alam. Di New Zealand, sebagian besar sebuah kota [Christchurch] rusak berat oleh gempa bumi. Tak kurang dari 70,000 orang penduduknya harus meninggalkan kota tersebut. Di Australia, hujan deras yang berkepanjangan dan banjir telah merusak 70 kota kecil maupun besar di negara bagian Queensland. Untuk diketahui, luas negara bagian Queensland ini adalah 4 (empat) kali lebih besar dibandingkan negara Jepang. Hal ini membatalkan anggapan bahwa jika suatu bencana alam datang menerjang, manusia dapat menghindarinya. Dan 85% dari usaha penambangan batu bara Queensland pun mengalami kerugian besar. Banjir besar telah mengakibatkan kerugian ekonomi hingga miliaran dollar. Sedangkan badai taufan yang belum lama ini menerjang negara bagian Victoria, masih di Australia, dikenal sebagai badai terburuk dalam catatan di negara tersebut. Begitu pun Amerika Serikat yang dilanda badai [Tornado] baru-baru ini. Seberapa banyak yang dapat diselamatkan? Maka negara-negara lain pun hendaknya jangan beranggapan bahwa mereka akan selamat. Allah Taala menginginkan agar seluruh dunia berada di dalam satu tangan, yang untuk itu Dia pun mengutus Hadhrat Imam Mahdi a.s.. Kebenaran dakwah Islam hanya akan dapat tercapai melalui perantaraan beliau. Jika firqah-firqah lainnya berkeinginan untuk membuktikan keunggulan Islam atas agama lainnya, haruslah tergabung bersama beliau, yang sungguh telah diutus oleh Tuhan. Tak akan ada satu pun Jamaah lain yang dapat mencapainya. Walhasil, kita perlu merenung dan mencontoh sunnah Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw; betapa angin dan hujan besar membuat diri beliau menjadi cemas. Apakah kita pun melakukan hal yang sama ? Allah Taala tidak memerlukan seorang pun manusia. Namun, Dia itu senantiasa bersama orang yang sungguh-sungguh memuliakan kewajiban menjadi hamba-Nya yang haqiqi. Banjir besar yang melanda Pakistan pada tahun 2010 yang lalu adalah bencana terburuk dalam catatan sejarah negara tersebut. Dilaporkan, bahwa kerusakan yang diakibatkannya jauh lebih buruk dibandingkan dengan gempa dan tsunami Indonesia [di akhir tahun 2004]. Masih banyak penduduk yang tinggal di tenda-tenda pengungsian. Tak ada perhatian dari pemerintah. Tak juga dari pihak mullah, yang dulu menganjur-anjurkan untuk menganiaya kaum Ahmadi. Tetapi kaum mullah mereka mengatakan, bahwa bencana banjir tersebut bukanlah azab, melainkan ujian. Sebab, kata mereka, azab Ilahi hanya terjadi apabila ada seorang nabiyullah yang mendakwakan sesuatu. Begitulah jika mereka sudah tak hendak melihat berbagai fakta yang terjadi. Beberapa tahun yang lalu, suatu gempa bumi dahsyat juga telah mengguncang Pakistan. Namun mereka tetap tak mau bertobat. Mereka tidak menyadari, bahwa mereka itu adalah kaum penolak nubuatan Ilahi. Padahal, Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah sungguh-sungguh memperingatkan, bahwa berbagai macam malapetaka akan terjadi menyusul pendakwaan beliau a.s. Maka, mereka yang mengaku memiliki kedalaman rohani, hendaknya renungkanlah hal ini barang sejenak. Bahwa tak ada seorang pun yang diperkecualikan dari nubuatan [Peringatan Agung dari Ilahi] ini. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menulis: ‘Ingatlah, Allah Taala telah mengabari-ku Saat itu, dan mengenai akan datangnya berbagai macam gempa bumi. Maka, waspadalah sebagaimana telah terjadi beberapa gempa bumi di Amerika maupun di Europa, masih terkait dengan nubuatan ini, akan terjadi pula di berbagai bagian Benua Asia, yang sebagian di antaranya demikian dahsyat, laksana hari qiamat. Akan sedemikian rupa banyaknya yang mati hingga sungai-sungai pun penuh dengan darah. Bahkan unggas dan hewan lainnya pun tak dapat menyelamatkan diri. Malapetaka tersebut merusak bumi dengan dahsyatnya, yang belum pernah terjadi sejak ras manusia dilahirkan.. Sebagian besar tempat-tempat tertentu keadaannya terbalik berjumpalitan, seolah tak berpenghuni. Kemudian akan ada malapetaka lainnya yang lebih menakutkan, baik di langit maupun di bumi yang bagi orang berakal semua itu adalah bukan peristiwa biasa, sebab tak ada di dalam berbagai buku astronomi maupun filsafat. Maka umat manusia pun akan dicekam ketakutan dan berkelana bingung: Apa yang akan terjadi kemudian ? Banyak yang selamat; namun banyak pula yang musnah. Hari-hari mencekam tersebut sudah dekat, sungguh sudah berada di ambang pintu. Dunia akan menyaksikan hari qiamat yang dahsyat. Bukan hanya akan berupa berbagai bencana gempa bumi, namun malapetaka yang menakutkan pun bermunculan, baik yang datang dari arah langit maupun dari bumi. Hal ini semua terjadi dikarenakan manusia sudah tidak lagi menyembah Tuhan-nya. Yakni, segenap pikiran, rancangan dan keinginannya semata-mata hanya untuk kepentingan duniawi belaka. Sekiranya aku tidak datang, boleh jadi malapetaka bencana ini ditangguhkan untuk beberapa lama. Tetapi seiring dengan kedatangan-ku, maka berbagai rancangan azab Ilahi yang lama sebelumnya tersembunyi, menjadi zahir, sebagaimana firman-Nya ini: '…..wa maa kunna mu'adzdzibiina hatta nab'atsa rasuulan.....', yakni, ‘.....dan Kami tidak akan mengirimkan azab sebelum Kami mengirimkan seorang rasul.’ [Q.S. 17 / Bani Israil : 16]. Maka barangsiapa bertobat, bolehlah mereka memperoleh keamanan. Dan barangsiapa yang takut kepada Allah sebelum datangnya balabencana itu, bolehlah mereka mendapatkan kasih-Nya. Apakah kalian mengira diri kalian akan selamat dari ancaman gempa bumi ini ? Atau kalian dapat menyelamatkan diri dengan berbagai rancangan kalian sendiri ? Tidak, sekali-kali tidak. Semua daya dan usaha manusia tak akan berdaya pada hari itu. Janganlah berpikir, bahwa hanya Amerika yang diguncang gempa bumi, sedangkan kalian selamat, sebab boleh jadi kalian justru akan mengalami bencana yang lebih besar. Wahai Europa ! Kalian tidak akan selamat. Wahai Asia ! Kalian pun tidak akan selamat. Wahai para penghuni negara-negara Kepulauan, sesembahan palsu-mu tak akan mampu membantu. Aku menyaksikan berbagai kota jatuh berantakan. Dan aku pun menyaksikan segenap penghuninya musnah. Dia Yang Maha Tunggal dan Khas, yang selama ini diam; yakni berbagai macam keaniayaan berlangsung di hadapan mata-Nya, namun Dia tetap Diam; akan tetapi kini, Dia pun tampil dengan segala kewibawaannya yang menggetarkan. Maka barangsiapa yang mempunyai telinga, dengarlah ini ! Saat itu tak akan lama lagi. Dan aku telah berusaha untuk membawa segenap manusia ke bawah naungan Allah, Namun taqdir-Nya pun harus menjadi zahir. Sesungguhnya, aku pun menyaksikan, nasib negeri ini juga telah dekat. Hari-hari sebagaimana terjadi pada Hadhrat Nuh akan menampak pula di hadapan mata kalian. Semua itu akan muncul di hadapan penglihatan kalian. Engkau akan menyaksikan dengan mata kepala sendiri: Apa yang telah terjadi di Tanah Kaum Luth. Tetapi Allah sungguh lambat dalam menghukum. Oleh karena itu bertobatlah agar kalian mendapatkan Rahimiyyat-Nya. Barangsiapa yang menafi'kan Allah adalah cacing tanah, bukan manusia. Dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah adalah maut, tidak hidup.’ [‘Haqiqatul Wahyi’ – Essence of Islam, Jld. V, hlm. 148 – 150] Walhasil, kaum Muslimin di anak Benua [India, Pakistan dan Bangladesh] pun hendaknya bertobat, karena kalian juga tak mendapat pengecualian. Hadhrat Imam Mahdi a.s. telah berulangkali memperingatkan dengan keras akan perkara ini, yang semata-mata keluar dari sikap kasih sayang beliau. Maka adalah tugas kita untuk menarik perhatian mereka akan hal ini, bahwa para penentang Hadhrat Imam Mahdi a.s. di India, Bangladesh dan Pakistan telah menyaksikan berbagai macam malapetaka yang sudah terjadi di depan mata mereka sendiri. Berbagai macam bencana alam hendaknya dapat menjadi Tanda keprihatinan bagi kita semua. Semoga Allah Taala memudahkan kaum Muslimin untuk memahami hal ini. Baru-baru ini, berbagai negara Muslim pun menghadapi konflik [perang saudara] antara massa rakyat dengan pemerintahnya sendiri. Kaum Muslimin membunuhi sesama kaum Muslimin mereka. Maka apalagi yang lebih menyedihkan dari peristiwa ini? Seandainya mereka mau memahami, bahwa seorang wujud yang diutus Allah demi untuk kebaikan Umat, telah datang. Semoga Allah Taala memberi taufik kepada mereka sekalian untuk memahami perkara penting ini. Semoga Allah Taala memberi taufik kepada kita semua untuk menjadi kaum Muslimin yang haqiqi. Semoga pula kita dapat menyampaikan pesan tabligh ini dengan sepenuh ikhlas dan disertai doa-doa. Selanjutnya ada berita duka sehubungan dengan peristiwa pensyahidan di Sanghar, [Provinsi Sindh], Pakistan. Rana Zafrullah sahib, Qaid [Khuddam Jamaat] lokal dan juga Sekretaris Maal Jamaat setempat ditembak oleh dua orang pengendara motor yang tak dikenal. Beliau diserang ketika sedang dalam perjalanan pulang dari suatu acara Jama’at. Almarhum meninggal dunia ketika dilarikan ke rumah sakit di kota Nawab Shah. Semoga Allah Taala memberi maqom terbaik kepada almarhum yang meninggalkan seorang janda dan dua anak perempuan [yang baru berusia 3 dan 1 tahun]. Peristiwa ini merupakan pensyahidan kelima di Sangher dalam beberapa tahun terakhir ini. Semoga Allah Taala menjaga keamanan seluruh kaum Ahmadi di daerah tersebut. Dan semoga pula Allah Taala segera menyeret pihak musuh ke Pengadilan. Semoga Allah Taala Yang Maha Pelindung dan Maha Penolong menyantuni keluarga yang ditinggalkan. Amin ! |

0 komentar:
Post a Comment